Tuesday, May 19, 2009

Angels and Demons

Judul: Angels and Demons
Distribusi: Sony Pictures

Subjective Rating: A





Saya nonton di hari kedua pemutaran film itu di Summarecon Mall Serpong. Di mana-mana film ini di tayangkan di dua bioskop sekaligus.

Sejujurnya agak kecewa karena tidak sesuai dengan novelnya. Bukan saja beberapa adegan yang ada di novel dihilangkan, alur cerita juga sedikit terdistorsi.

Langdon, sekali lagi diminta bantuannya sebagai ahli symbologi untuk menyelesaikan kasus misteri pembunuhan yang terkait dengan gereja, kelompok bawah tanah masa lalu (kali ini Illuminati) dengan intrik-intrik berbagai elemen di dalamnya.

Diawali dengan pembunuhan ilmuan di CERN, badan penemu internet (hey, ternyata yang menemukan internet adalah orang Eropa, bukan Amerika!), Langdon diundang oleh polisi Vatikan untuk membantu menemukan para kardinal preferiti calon kuat pengganti Paus yang baru saja meninggal dunia. Penculiknya meninggalkan pesan bertuliskan Illuminati, kelompok rahasia bawah tanah yang paling menjadi musuh utama gereja di masa lalu

Well, saya ngga akan mendiskusikan isi ceritanya. Toh, banyak yang sudah baca bukunya. Namun penggemar novel Brown akan dapat melihat terjadi banyak sekali perbedaan dengan novelnya. Namun saya mengakui, kalo seandainya saya tidak pernah membaca novelnya terlebih dahulu, film ini sangat bagus. Detail-detail historis penting yang menjadi titik fokus cerita terekam dengan baik, walaupun temponya terlalu cepat untuk benar-benar meresap dalam kepala kita; well, kita ngga dikasih kesempatan berpikir bahkan bernafas saking serunya.

Saya juga mengagumi disain latar dan setting lokasi, terutama isi dalam gedung Vatikan. Saya baca bahwa sutradanya Ron Howard membangun ulang replika lapangan St. Peter karena dilarang syuting di lokasi sebenarnya.

Sayangnya, romantisme antara Robert Langdon (Tom Hanks) dan Vittoria Vetra (Ayelet Zurer) sepertinya memang sengaja tidak digarap. Entah kenapa... Termasuk bagian epilog (penutup) ketika Langdon melihat Vittoria berdiri di balkon, membelakangi bulan, memandang masuk kamar istirahat mereka, yang digambarkan Brown Langdon melihatnya seakan-akan seperti silhouette Dewi Roma, well, jangan harap ada adegan ini...

Camerlegno Patrick McKenna (Ewan McGregor) yang di novel adalah anak hasil bayi tabung dari Paus sebelumnya juga tidak diceritakan; padahal itu adalah point penting, sebab ketika Patrick mengetahui bahwa sebenarnya Paus yang notabene adalah ayahnya sendiri tidak berbuat kesalahan karena dirinya adalah bayi tabung (hasil dari ilmu pengetahuan), bukan pembuahan secara seksual, dia sangat menyesali perbuatan pembunuhan itu. Hal itulah yang juga mendorong dia bunuh diri dengan cara membakar dirinya sendiri.

Salah satu yang ingin saya lihat di film ini adalah Max Kohler, pimpinan dari CERN, yang sayangnya tidak pernah ada di film ini, padahal ini juga merupakan figur penting.

Terakhir, adegan Langdon jatuh dari helikopter dari ketinggian ke Sungai Tiber juga tidak ada. Dalam novel, cerita aslinya Sang Camerlegno naik heli bersama Langdon untuk membawa antimatter tersebut naik setinggi-tingginya; namun dalam filmnya, yang naik heli cuman Sang Camerlegno sendiri. Kalau ada, tentu akan jadi scene yang sangat bagus. Tetapi saya juga setuju dengan sutradaranya tidak menampilkan adegan ini, yang tentu saja sangat kontroversial.

Download wallpaper dan screen savers di sini